Di lokasi ini ada sebuah batu besar menyerupai orang hamil yang berada ditengah sungai. Batu inilah sebagai tempat meditasi Nenek Bimbang dan masyarakat sekitarnya sebagai sarana media memuja dan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena usia Nenek Bimbang sudah tua tidak sanggup lagi memelihara tempat ini hingga pada suatu hari pada saat meditasinya beliau mendegar suara gaib untuk memelihara dan menjaga tempat ini hanya orang Hindu dari Bali yang berjarak 30 Km dari tempat tersebut. Atas kesepakatan tokoh masyarakat di Desa Patila, Nenek Bimbang mendatangi umat Hindu di Desa Kembang Makmur menyampaikan keadaan lokasi yang sakral itu. Umat Hindu kemudian mendatangi lokasi dimaksud serta bersedia menjaga dan memelihara tempat tersebut, maka dibangun pura dilokasi ini yang disebut Pura Luhur Pucak Patila. Penyerahan lokasi ditandai dengan adanya surat dari Kepala Desa Patila yang berukuran 25m x 50m.
Sukra Paing Sasih Kedasa tepatnya pada tanggal 03 April 2015 merupakan puncak dari pelaksanaan Pujawali di Pura Luhur Pucak Patila. Umat Hindu yang ada di Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur melaksanakan Pujawali di Pura Luhur Pucak Patila ini pada setiap tahunnya untuk melakukan puja bhakti kehadapan Ida Betari Sri Nini Giri Putri yang berstana di pura ini.
Dalam laporannya, Ketua Panitia menyampaikan bahwa pengempon tetap Pura Luhur Pucak Patila ini berasal dari Desa Minangatallu Kec. Sukamaju Kab. Luwu Utara yang berjarak sekitar 45 Km dari lokasi Pura. Manakala masyarakat sekitarnya kurang melimpah ruah hasil buminya termasuk umat Hindu, maka masyarakat datang ditempat ini memohon keselamatan dan berkat rejeki kepada Bhatari Sri Nini Giri Putri dan ternyata berhasil sesuai dengan yang diinginkan.
PHDI Prov. Sul-Sel yang diwakili Sekretaris Walaka Bapak I Ketut Bhuana Kertyasa, S.Pd, M.Pd mengharapkan kerja sama seluruh umat Hindu untuk membangun pura ini supaya lebih baik, karena bangunan yang sudah ada dalam kompleks ini hanya Pelinggih Padma, Taksu, Panglurah dan Gedong. Tempat ini sangat baik melaksanakan bhakti puja dan yoga semadi karena alam lingkungannya sangat mendukung masih asli alami belum dikotori tangan-tangan jahil manusia juga jauh dari kebisingan.
Pembimas Hindu Bapak Simon Kendek Paranta' dalam sambutannya mengatakan umat Hindu patut bangga dan mengucapkan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa menemukan tempat yang memiliki nilai vibrasi yang bersifat religius serta didukung oleh umat lain untuk mendirikan pura. Lebih lanjut Bimas Hindu menyerukan wajib hukumnya bagi umat Hindu menghormati dan menghargai wanita, sebab dunia lestari dan berkembang berkat adanya wanita, dan sebalikya manakala wanita tidak dihargai dan dihormati dunia pasti hancur. Hal ini sesuai dengan yang berstana di Pura Luhur Patila adalah Bhatari Sri Nini Giri Putri. Umat Hindu datang ditempat ini untuk memohon keselamatan dan kerahayuan kepada Bhatari Sri Nini Giri Putri yang identik dengan kasih saya seorang ibu terhadap anak-anaknya. Demikian Sang Hyang Bhatari Sri Nini Giri Putri menampakkan kasih sayangnya kepada masyarakat disekitarnya lebih-lebih umat Hindu yang ada di Kab. Luwu Utara dan Luwu Timur, kendatipun Pura Luhur Patila sebagai tempat berstana Bhatari Sri Nini Giri Putri tidak berada dipemukiman Hindu.
Pada Pujawali kali ini, Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan Bapak Simon Kendek Paranta' bersama PHDI Prov. Sul-Sel Bapak I Ketut Bhuwana Kertiyasa didampingi pula oleh Ketua PHDI Kab. Luwu Utara Bapak I Wayan Sartana beserta Pengawas Agama Hindu Kab. Luwu Utara Bapak I Ketut Sukarba, Penyuluh Agama Hindu Bapak I Ketut Mundra dan Wayan Shantika berkesempatan untuk hadir melakukan persembahyangan bersama Umat Hindu pengempon Pura Luhur Pucak Patila serta melaksanakan pembinaan dan bersimakrama.(sk, ws)
Dokumentasi Foto :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar